Karakter pribadi seseorang, sebagian besar dibentuk oleh pendidikannya. Karena itu, untuk membentuk pribadi yang terpuji, tanpa cela, dan bertanggung jawab, mutlak dibutuhkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan Karakter.
Boleh dibilang tidak ada yang protes atau tidak setuju dengan salah satu program Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdik-nas) berkait dengan apa yajig hendak dijalankan tentang pendidikan karakter.
Itu sebabnnya, tema besar yang diambil dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) 2010 adalah "Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa", seolah menemukan titik singgungnya.Disadari bahwa pada akhirnya, tujuan pembangunan manusia adalah membangun peradaban yang unggul, yaitu peradaban yang didasarkan pada nilai-nilai keilmuan dan kemuliaan kepribadian. Dan untuk memulainya adalah dengan membangun karakter. Pertanyaannya, mengapa karakter itu penting?
Karena karakter itu ibarat "ruh" dari manusia, jika karakternya tidak benar, maka prila-kunya juga tidak benar. Tidak ada jaminan bahwa si insinyur ini jujur, tak ada jaminan bahwa si dokter itu punya pengabdian sosial, tidak semua sarjana hukum taat pada hukum.Inilah fakta yang ada saat ini. Orang yang mestinya menegakkan keadilan malah harus diadili. Mestinya dia harus jujur malah harus dijujurkan, pendidik malah harus dididik. Sekarang kita dihadapkan dengan situasi kon-tradiktif-paradoktif seperti itu. Dan setelah telusuri, temyata akarnya ada pada karakter. Dari situlah kita menetapkan tema HARDIKNAS tahun ini mengenai karakter.
SOPAN SANTUN
Pendidikan karakter apa yang ingin dikembangkan? Orang sering terjebak, karakter itu diterjemahkan hanya sebagai sopan santun. Padahal lebih dari itu. Yang mau dibangun adalah ka-rakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk mengem-bangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan.
Kita bisa ambil contoh misalnya kejujuran. Semua orang pasti tidak suka diperlakukan secara kasar, ditipu dan dibohongi. Itu artinya kesantunan, kesopanan dan kejujuran memiliki nilai universal (universal values).Sedikitnya ada dua pendekatan dalam membangun karakter. Pertama, habituasi atau pembiasaan-pcmbiasaan. Anak ujian misalnya kita biasakan. tapipembiasaan itu dihasilkan dari self awareness dan adanya intervensi. Jadi yang kedua, intervensi. Lihat saja mengapa waktu ujian itu ada pengawas.
Ini bagian dari intervensi supaya ujiannya berjalan sesuai dengan aturan Intervensi inilah yang kita buat lewat berbagai peraturan-peraturan.Selain itu, kita ingin membangun school culture atau university culture. Kultur di sekolah dan kampus perlu dibangun, karena kepribadian itu tidak hanya tumbuh dari dalam diri sendiri, tetapi dipengaruhi juga oleh berbagai macam interaksi, (adv)
sumber :
http://bataviase.co.id(dalam tautan)
02 May 2010
* Opini
* Rakyat Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar